Pendidikan harus bisa mendefinisikan kembali proposisi setiap nilai yang diberikan untuk siswa dan perusahaan. Nilai umumnya dijadikan tolok ukur dalam kelulusan oleh pelajar namun mereka tidak pernah mengingat bagaimana cara memastikan agar nilai tersebut bukan sebatas angka saja. Pasalnya, sebatas angka adalah hal yang tidak dapat dijadikan patokan terhadap tingkat kemampuan seseorang ketika sudah bekerja di lapangan. Ada ribuan orang yang memiliki prestasi akademis dengan nilai yang baik selama mengikuti pelajaran. Masalah akan muncul ketika ia sudah terjun langsung ke ranah industri. Bagaimana tidak, dalam proses belajar, ketika ada kesalahan, pelajar masih bisa mendapatkan koreksi dari pengajar. Namun, jika sudah terjun langsung pada pekerjaan, kesalahan yang dilakukan oleh pekerja, maka perusahaan yang akan dirugikan.
Dari kejadian tersebut sudah dapat menggambarkan bahwa ketika pelajar mendapatkan nilai akademis tinggi tidak menjamin dapat memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Ada banyak kemampuan yang tumbuh secara alami tanpa proses pendidikan formal namun sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bahkan, kemampuan yang dimiliki oleh pelajar inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh perusahaan dari sebatas nilai pada ijazah yang diberikan oleh lembaga pendidikan.
Membangun nilai haruslah diseimbangkan dengan kebutuhan perusahaan. Artinya, ketika pelajar memiliki nilai tinggi, ia juga harus memiliki kemampuan praktik yang sama baiknya dengan nilai akademis yang didapatkan. Sebaliknya, jika nilai akademis dari pelajar tidak bisa didapat dengan nilai tinggi, setidaknya Anda sebagai pengajar harus bisa membimbing pelajar tersebut untuk membangun nilai individualnya dengan bekal keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Bagaimana cara lembaga pendidikan mencapai hal tersebut? Kunci utamanya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran tradisional dan metode pembelajaran e-Learning yang menitik beratkan pada fokus untuk peningkatan kompetensi pelajar ketika sudah lulus. Personalisasi pembelajaran perlu dilakukan oleh pengajar untuk meghasilkan kualitas pendidikan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan pelajar saat ini. Keseimbangan dalam memberikan praktik dan materi juga harus mendapatkan perhatian dari pelajar agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem Learning Management System (LMS) dapat diimplementasikan oleh lembaga pendidikan untuk menemukan titik-titik kelemahan dari pelajar guna mempermudah pengajar untuk melakukan personalisasi pendidikan kepada pelajar tersebut. Dengan demikian, pengajar akan lebih mudah dalam membimbing pelajar untuk memiliki nilai individual yang dalam hal ini telah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan ketika ia sudah lulus nanti.
Ilustrasi (c) Unsplash.com